Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

KAMI 2017

Gambar
KEGIATAN ANTROPOLOGI MENGABDI Kegiatan Antropologi Mengabdi atau sering disebut dengan KAMI kali ini dilaksanakan dalam tiga rangkaian acara. KAMI yang bertemakan “Generasi Cinta Kebersihan, Cerdas Bersama Kami”dilaksanakan di Desa Kumenanti, Malang. Rangkaian acara yang pertama dilaksanakan pada Minggu, 14 Mei 2017. Kegiatan difokuskan untuk mengenalkan anak-anak akan pentingnya menjaga kebersihan. Di samping itu panitia juga mengajarkan cara untuk menjaga kebersihan dari hal kecil yang rutin dilakukan setiap hari. Anak-anak yang berjumlah kurang lebih 28 orang dibagi dalam lima kelompok. Awalnya anak-anak dipandu untuk melakukan senam otak agar relaks dan fokus. Senam dilakukan dengan memijat kepala dan telinga. Setelah itu anak-anak ditontonkan video menjaga kebersihan badan, seperti mencuci tangan, menggunakan air bersih, mandi dua kali sehari, menggunakan alas kaki ketika di luar rumah, memotong kuku, serta meminum obat cacingan. Video yang kedua berisikan ajakan

KESETARAAN GENDER DALAM MERAJUT SEJARAH NASIONAL

Kita semua pasti tidak asing mendengar kata gender,bukan? Gender sendiri berarti pembagian kerja antara pria dan wanita. Akhir-akhir ini isu tentang kesetaraan masih setia menjadi perbincangan hangat pada tingkat global. Tak luput juga dari Indonesia. Bicara tentang kesetaraan gender yang menuntut keadilan dalam pembagian kerja maka kita tak akan pernah lepas dari feminisme. Feminisme sendiri meski pada titik ini bukanlah menjadi isu panas yang menggelitik kenyaman masyarakat Indonesia tetapi terus dan terus mengalami perkembangan yang spesifik. Semakin banyak wanita yang ‘melek’ akan feminisme ini. Maka dari itu, sekarang sudah tak asing lagi kiranya jika melihat aksi aksi yang menyuarakan feminisme seperti contohnya kegiatan woman march Sabtu, 4 Maret 2017 lalu yang berpusat di Museum Nasional yang dihadari oleh para aktivis dan semangat yang tinggi. Lantas bagaimanakah kesetaraan gender dalam perannya merajut sejarah nasional? Seperti yang kita ketahui bahwa sejarah ba

Layar Tancep 2017

Gambar
Bedah Film Etnografi Antropologi Perempuan yang Tertuduh Layar Tancep VIII HIMANTARA mempersembahkan acara Layar Tancep kembali, yang mana pada tahun-tahun sebelumnya telah dilaksanakan. Layar Tancep kedelapan kali ini mengangkat tema mengenai gender, di mana dewasa ini dapat ditemukan gerakan feminism yang menuntut akan kesetaraan gender. Hal tersebut dikarenakan pembedaan gender yang dibangun masyarakat kala ini dan bahkan sejak dulu dinilai menimbulkan ketidakadilan. Maka dari itu, pembahasan tema tersebut didukung dengan membedah film Perempuan yang Tertuduh dan ditemani oleh Bapak Dhanny Sutopo, S.Sos, M.Si, sebagai pematerinya. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 6 April 2017 dan diadakan di Ruang 1.2 Gedung A Fakultas Ilmu Budaya. Layar Tancep kali ini dibuka tepat pukul 19.17 WIB oleh Dicky Kurnia Darmawan dan Nisrina Candra Kirana dari mahasiswa Antropologi 2015, sebagai moderator. Pembukaan acara pun semakin meriah ketika ANTROKUSTIK dipersilakan untuk membawakan du

Kartini Day

  Perjuangan Kartini Bukan Bualan Belaka Yayuk Windarti Setiap tanggal 21 April mengingatkan kita akan sesosok wanita yang berhasil menggulingkan kekaisaran maskulin di Indonesia. Beliau adalah R.A Kartini, seorang bangsawan Jawa. Meskipun berdarah biru tak lantas membuat R.A Kartini menutup mata akan ketidakadilan yang menimpa wanita-wanita Indonesia. Sisa-sisa perjuangan R.A Kartini menjelma dalam setiap nafas wanita Indonesia. Berangkat dari perjuangannya, wanita Indonesia berani menggebrak kodratnya yang dikata selalu bersembunyi di ketiak laki-laki. Ada peribahasa Cina yang mengatakan bahwa perempuan menjunjung separuh dari langit. Yah separuh, tapi yang lebih berat ketimbang yang separuhnya lagi. Tetapi realita pahitnya masih banyak wanita yang hidup dalam ketakutan. Hak-hak mereka diinjak dan dirampas lewat kekerasan, pemerkosaan, dan pembungkaman kebebasan. Para lelaki takut apabila wanita duduk sejajar dengan mereka. Ini bukan hanya soal pengakuan kedudukan wanita. Le

Peringatan Koferensi Asia Afrika

Gambar
Menolak Lupa Semangat Konferensi Asia Afrika 1955 Rizqi Gilang Pratama “Menolak lupa” itulah kalimat yang sering kita baca atau dengarkan dari berbagai fenomena besar yang dikenang dan diingat masyarakat Indonesia. Melihat hal itu kami saat ini akan menolak untuk lupa bagaimana prestasi Indonesia dalam ranah diplomasi luar negeri saat menjadi penyelenggara Konferensi Asia Afrika. Prestasi tersebut sangat berdampak untuk Indonesia kini.             Tepat tanggal 18 April adalah peringatan 62 tahun Konferensi Asia Afrika yang dilaksanakan di Bandung 1955. Keadaan dunia  kala itu diwarnai dengan perang dingin antara Blok Barat dengan ide kapitalis yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur dengan ide sosialis yang dipimpin oleh Uni Soviet. Beberapa kepala Negara dari Asia Afrika yang menyadari akan hal itu berusaha untuk tidak masuk dalam perang dingin tersebut dan lebih memilih untuk membangun Negara mereka masing-masing berdasarkan prinsip-prinsip kemerdekaan, keadilan

International Women's Day

Gambar
Bikin Bangga Jadi Perempuan Karya: Ledian Lanis, 10 September 2016 Sumber: Kalatida.com Ini bukan hari Kartini. Bukan pula hari perempuan. Tapi tunggu dulu, apakah menulis tentang perempuan harus nunggu momen-momen seperti itu? Atau harus nunggu kasus paling ngeri membludak dibertitakan semua televisi dan Koran-koran dulu? Sepertinya tak harus begitu, apalagi sampai sekarang kasus kekerasan pada perempuan masih bejibun. Belum lagi baru-baru ini kita (atau mungkin cuma saya) ditonjok kejadian alay lebay karena cinta cintaan yang dilakoni Awkarin, itu lho youtubers dan selebgram yang eksis habis. Awkarin yang diputusin cowoknya mengupload video di youtube sambil menangis-nangis curhat ke netizen. What a dramaqueen! Melihat dua masalah ini, kasus kekerasan pada perempuan dan kealayan Awkarin. Saya merasa tak etis saja rasanya jika tak menulis tentang perempuan. Apalagi saya perempuan. Dan saya bangga jadi perempuan. Soalnya bukan masalah ala kadar. Apalagi mel