Temu Mata 2016
Temu Mata 2016 :
Dibalik Rupa Topeng Malangan
Pameran Foto dan Artefak
Temu Mata Antropologi 2016
Temu
Mata Antropologi menjadi acara puncak dan terbesar yang diadakan oleh HIMANTARA
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya setiap tahunnya. Pada tahun ketiga
ini, Temu Mata Antropologi mengangkat tema Seni
Pertunjukan Tari Topeng dibalik Rupa Topeng Malangan,
sebagai bentuk pelesetarian dan memperkenalkan budaya seni Indonesia. Temu Mata
Antropologi tahun ini memiliki tiga rangkaian acara dengan dua acara puncak,
yaitu pameran foto dan artefak, pagelaran seni, dan seminar. Temu Mata
Antropologi dimulai pada tanggal 16 – 19 November 2016.
Pameran
berisi 25 foto mengenai aspek-aspek dalam seni pertunjukan yang diambil oleh
mahasiswa Antropologi 2015. Seperti foto pertunjukan Topeng Malangan, pertunjukan
wayang, para sinden yang sedang bernyanyi, serta para pemain gamelan dalam
sebuah pertunjukan seni. Tidak hanya menampilkan foto, pameran juga berisi
artefak-artefak yang dipajang. Seperti, topeng-topeng yang biasa dipakai pada
pertunjukan tari Topeng Malangan, aksesoris para penari saat pertunjukan Topeng
Malangan, serta dupa dan kembang tujuh rupa yang menjadi pelengkap dalam
ritual. Bagi mereka yang telah selesai berkeliling tidak lupa untuk berfoto di
area photo booth yang telah
disediakan oleh panitia dengan hiasan banner
merah berhiaskan logo Temu Mata Antropologi 2016.
![]() |
Pameran Foto 1 |
![]() |
Pameran Foto 2 |
Temu
Mata Antropologi 2016 dibuka dengan pameran foto dan artefak pada hari Rabu
tanggal 16 November hingga 17 November 2016 di Hall FIB. Acara pembukaan Temu
Mata Antropologi 2016 dimulai pukul 07:50 WIB dengan sambutan dari ketua
Himpunan HIMANTARA, yaitu Sannim Anami serta sambutan dari ketua pelaksana,
yaitu Asprilo Meika Putra. Pembukaan kemudian dilanjutkan dengan proses
pengguntingan pita yang dilakukan oleh ketua pelaksana sebagai bentuk
simbolisasi. Setelah pembukaan selesai dilakukan, mahasiswa FIB dan umum dapat
dengan leluasa melihat-lihat pameran foto dan artefak mengenai seni
pertunjukan, terutama pada seni pertunjukan “Topeng Malangan”. Pameran dibuka
dari pukul 08:00 – 17:00 WIB. Di hari pertama, hari Rabu tanggal 16 Desember
2016 banyak mahasiswa FIB yang datang dan melihat-lihat pameran. Tidak sedikit
dari mahasiswa yang meminta guide
yang telah disediakan oleh panitia untuk mengantar berkeliling serta menjelaskan
tiap-tiap foto dan artefak yang dipamerkan.
![]() |
Pameran Foto 3 |
Pada hari pertama
terlihat banyaknya antusias dari mahasiswa FIB UB untuk melihat pameran
dan dan antusiasme ini juga terlihat di hari kedua pameran. Hari
kedua pameran dibuka pada pukul 08:00 WIB, di hari kedua ini tidak hanya mahasiswa
FIB UB saja yang turut melihat pameran tetapi juga mahasiswa dari luar FIB.
Seperti di hari pertama, para guide
yang berasal dari panitia akan dengan senang hati menemani berkeliling serta
menjelaskan setiap foto dan artefak yang dipamerkan. Pada hari kedua, pameran
dibuka lebih lama karena menjadi hari terakhir dari pameran foto dan artefak
Temu Mata Antropologi 2016. Pameran dibuka dari pukul 08:00 – 18:00 WIB, dan
menjelang akhir pameran masih terlihat mahasiswa yang sibuk berfoto di area photo booth. Rangkaian acara pameran
foto dan artefak Temu Mata Antropologi 2016 ditutup pada hari Kamis tanggal 17
November 2016, namun kemeriahan acara Temu Mata Antropologi 2016 tidak berhenti
sampai disini karena masih ada rangkaian acara puncak yang akan berlangsung
pada tanggal 18 – 19 November 2016.
Pagelaran Seni Temu Mata Antropologi
Berbeda
dengan tahun lalu, hari ini tepatnya pada tanggal 18 November 2016 Temu Mata
Antropologi memiliki 2 puncak acara yaitu pada Pagelaran Seni dan Seminar yang
diadakan keesokan harinya. Pada acara kali ini, Temu Mata yang di adakan oleh 3
proker divisi JKAI, PSDM dan Orsen mengangkat tema Seni Pertunjukan Tari Topeng
dibalik Rupa Topeng Malangan. Sebelum melewati puncak pertama pada pagelaran
seni ini, 2 hari sebelumnya kami mengadakan Pameran Artefak tepatnya di Hall
Fakultas Ilmu Budaya.
Pagelaran Seni
dan Bazzar yang menjadi puncak pertama Temu Mata Antropologi 2016 ini
dilaksanakan di area parkir Fakultas Ilmu Budaya dengan Raissa Nadia Aulia dan
Dwi Febianto sebagai Master of Ceremony. Tidak hanya menggelar pentas kesenian,
namun ada pula bazzar makanan seperti divisi K3 yang menjual bola-bola salmon
dan gurita, dan danus PPJKA yang menjual minuman chocotea juga air mineral, ada pula Cheerfulicious yang menjual
berbagai macam sweater untuk
laki-laki dan wanita, kerudung wanita
dan juga strip tee.

Namun, pada
acara malam ini kami tidak hanya mewejangkan sebuah nyanyian akan tetapi kami
juga menampilkan sebuat tarian dari Obigbo Dance yang terdiri dari 3 orang
penari yaitu Yola, Lely dan Dewi dari Antropologi 2015. Tak terlepas dari tema
pagelaran seni malam ini, para penari Obigbo dance membawakan sebuah tarian
kontemporer dengan menggunakan topeng dan menceritakan bahwa para penari ini
awalnya adalah bersahabat akan tetapi salah satu diantara mereka berkhianat dan
memunculkan konflik sehingga dua temannya itu meninggalkan salah satu yang
berkhianat diantara mereka.
Wejangan
pagelaran seni selanjutnya dari kami adalah Dawai Marcel yaitu sebuah performance dari Marcel yang membawa
budaya khas kalimantan dengan menggunakan alat musik Sape. Pada performance-nya Marcel membawakan
instrumen lagu berjudul Abadi miliknya sendiri yang sangat merdu.
Pada seni
tari, tak hanya dari Obigbo Dance, kami juga menampilkan sebuah tarian Reog
Ponorogo yang dibawakan oleh Yusad Baskoro. Tarian ini bernama Tari Sutrasena.
Penari tersebut menggunakan sebuah kostum disertai topeng khas Ponorogo
berwarna merah yang menandakan jiwa keberanian.
Selanjutnya
kami beralih kembali dari pertunjukan seni tari ke pertunjukan musik kembali,
kami menampilkan sebuah band dari UKM Musics
bernama 25Circle yang tercipta akibat seringnya berkumpul di sebuah Café
Circle pada meja nomer 25, mereka nembawakan lagu berjudul Misteri Tentang Rasa
milik Andira dan Amnesia milik 3 Second of Summer yang tak hanya dinyanyikan
oleh sang Vokalis namun dinyanyikan oleh sang Gitaris juga. Pertunjukan dari
25Circle pun ditutup oleh sebuah lagu berjudul Stitches milik Shawn Mendes.
Kembali
kami wejangkan sebuah tarian tradisional dari Economic Dance Club yaitu 2
penari wanita mengenakan makota yang dapat kita sebut Tambah Meka, juga gelang
kerincing pada kaki yang dapat kita sebut pula sebagai Gonasena. Tarian yang
dibawakan oleh Hasana dan Sifa (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ini adalah khas
Jawa Timur Gondang Malam yang sudah didirikan pada tahun 1998.
Dengan
lantunan musik berirama Reggae berjudul Santeria yang dibawakan oleh Antroband
menunjukan bahwa acara puncak pertama Temu Mata Antropologi 2016 telah
berakhir, dan akan dilanjutkan oleh puncak akhir acara seminar di hari esok.
Seminar
Temu Mata 2016
Temu Mata merupakan acara yang
diadakan oleh program studi Antropologi, puncak acaranya adalah seminar yang
dilaksanakan pada 19 November 2016 yang sebelumnya sudah diadakan acara pameran
foto beserta artefak Topeng Malangan, juga acara bazaar. Seminar dengan tema “Tari
Topeng Jawa Timur: Di balik Rupa Topeng Malangan” dengan Bapak Yusri Fajar sebagai
pembicara 1 dan Bapak Suroso sebagai pembicara 2 dan Bapak Aji Prasetya sebagai
moderator. Seminar ini dibuka dengan penampilan dari Teater Hening.
Topeng di Jawa Timur merupakan
sebuah aset kebudayaan tersendiri. Menurut Bapak Yusri topeng bila
diidentifikasikan terdapat dua identitas: pertama, topeng sebagai produk
kerajinan. Kedua, topeng sebagai media pertunjukan yang memiliki satu kesatuan
yang dinamakan tari topeng. Pertunjukan tari topeng tidak hanya melalui
kemampuan menari tetapi sebagai suatu ekspresi dari sekolompok masyarakat
berdasarkan pengalaman-pengalaman tidak hanya sosial budaya tetapi juga
spiritual atau religius. Proses pembuatan tari topeng juga memiliki
konten-konten ritual untuk membangun relasi yang kuat berkomunikasi dengan
leluhur.
![]() |
Penyampaian Materi |
Bapak Yusri membahas mengenai
eksistensi dan dibalik proses tari topeng. Sejauhmana masyarakat Jawa Timur
mengenal topeng dan membutuhkan tari topeng didalam membangun identitas
kebudayaan. Tidak hanya itu, berbagai fungsi dan arti topeng juga dibahas. Kemudian
dilanjutkan oleh Bapak Suroso yang membahas mengenai wayang topeng di Malang
yang menampilkan berbagai tari-tarian yang digabung menjadi satu rangkaian yang
dikemas dengan sastra jawa.
![]() |
Moderator Sebagai Pemandu Acara |
Dalam
perkembangan kebudayaan, bagaimana agar Topeng Malangan bisa dikenal? banyak
program-program terkait dengan pengembangan dan pelestarian kesenian daerah
yang perlu dimaksimalkan dan dilaksanakan secara komprehensif. Mengenai
pemberian fasilitas-fasilitas pelestarian, seperti Museum Topeng Malangan di
Batu, Jawa Timur diharapkan tidak hanya sekedar tongkrongan tertentu.
Seminar
ini ditutup oleh pernyataan dari Bapak Aji Prasetya bahwa budaya itu dinamis,
budaya itu seperti bahasa ketika tidak ada yang memakai maka akan hilang,
begitu juga dengan kesenian Topeng Malangan. Bapak Aji Prasetya juga mengajak
kita untuk mengenali dan peduli dengan kesenian dan kebudayaan disekitar kita.
Kemudian acara ini diakhiri oleh penampilan dari penari Asmoro Bangun.
![]() |
Foto Panitia |
Komentar
Posting Komentar