Dialog Etnografi 2016

Dialog Etnografi 2016
Himpunan Mahasiswa Antropologi Universitas Brawijaya atau biasa dikenal dengan HIMANTARA, tahun ini mempersembahkan sebuah acara dialog interaktif yang membahas kajian etnografi dengan tema  “Batas Visual dalam Sensor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)”. Acara dialog tersebut diisi oleh salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya, Iwan Nurhadi, M.Si sebagai pemateri. Acara yang berlangsung pada tanggal 30 April 2016, pukul 14.30 WIB, bertempat di lantai dua, Fakultas Ilmu Budaya. Acara dibuka oleh Nisrina Chandra Kirana dan Ahmad Cori selaku MC,  kemudian penampilan musik dari Antrokustik yang membawakan dua buah lagu menjadi tampilan menarik sebagai hiburan pembuka bagi para tamu yang hadir.

                Pemilihan tema acara dialog etnografi tahun ini terinspirasi dari salah satu fenomena yang terjadi dan cukup diperbincangkan di tanah air. Fenomena penyensoran baju tradisional daerah dalam sebuah ajang kontes putri kencantikan di salah satu stasiun televisi swasta menjadi kajian yang dibicarakan dalam dialog interaktif periode ini. Fenomena ini tentu saja membuat netizen mempertanyakan mengapa budaya bangsa yang seharusnya dibanggakan dan dilestarikan kepada semua masyarakat justru disensor yang sama saja dengan tidak layak untuk ditayangkan dan disebarluaskan kepada khalayak. Sehingga, tema yang diambil dalam acara dialog etnografi ini mempunyai tujuan untuk berdiskusi dan mecari tahu seperti apa batasan visual yang sebenarnya berlaku dan terdapat dalam standar KPI, sebagai instansi yang berwenang dalam hal tersebut dan alasan mengapa fenomena tersebut bisa sampai terjadi.

                Diskusi dipimpin oleh seorang moderator, Herdika Tri Anjasmara yang merupakan mahasiswa antropologi 2015. Bapak Iwan selaku pemateri menjelaskan makna dan tujuan terjadinya penyensoran, serta alasan-alasan yang mendukung untuk dilakukannya penyesoran. Selama acara berlangsung, terjadi percakapan dua arah antara para peserta dan pemateri. Bapak Iwan melontarkan sebuah pertanyaan, apa yang sebenarnya menyebabkan kekakhawatiran mengenai hal penyensoran yang kemudian ditanggapi oleh beberapa peserta. Menurut Bapak Iwan, munculnya kekhawatiran akan hal tersebut karena rasa nasionalis terhadap budaya bangsa yang terbentuk dalam masyarakat serta penyensoran merupakan sebuah upaya konstruksi terhadap kebudayaan bangsa. Faktor-faktor permasalahan pada akhir diskusi dijelaskan oleh Bapak Iwan, faktor-faktor permasalahan yang ada akan berujung pada suatu kondisi yaitu clash of civilization yang sebenarnya telah terjadi di antara kita saat ini dan biasanya perpecahan tersebut disebabkan oleh hal-hal berbau akan SARA.


                Sebagai bagian dari masyarakat, tentunya kita tidak bisa diam saja dan menjadi korban ditengah kondisi yang terjadi. Diharapkan setiap individu mampu menjadi aktif dan kritis guna menjadi alat kontrol terhadap kebijakan-kebijakan yang berlaku. Serta harus ada upaya-upaya dari diri sendiri untuk menjawab suatu permasalahan dengan sudut pandang yang dibangun secara universal dan berpikir melalui kacamata relatif sehingga tidak terjadi justifikasi secara sepihak yang dapat memunculkan kondisi perpecahan dalam masyarakat. (hld)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAUNCHING PENGURUS HIMANTARA PERIODE 2019

Ethnography Metods : The Logic of Thingking

PROGRAM KB: EFEKTIFKAH?