Dialog Etnografi II
Dialog
Etnografi II
Dialog
Etnografi kembali hadir untuk kedua kalinya dalam tahun ini. acara yang
diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Antropologi Unversitas Brawijaya (HIMANTARA)
ini mengangkat tema “Dilematis Wacana Kenaikan Harga Rokok di Indonesia”. Tema
tersebut terinspirasi dari fenomena yang tengah menjadi buah bibir di
masyarakat. Dialog Etnografi kali ini mengundang Dosen dan Kepala LPPM UNIDA
Gontor, Dr. Muh. Fajar Pramono, M.Si sebagai pembicara dan turut menghadirkan Dosen
Antropologi Universita Brawijaya, Manggala Ismanto, M.A sebagai moderator.
Acara ini dilaksanakan pada tanggal 29 September 2016 bertempat di lantai 2, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya. Acara dibuka dengan hiburan musik dari
Antrokustik serta dua orang MC, Bimo dan Dewi yang merupakan mahasiswa
Antropologi Universitas Brawijaya.
Dalam
diskusi dijelaskan bahwa Indonesia merupakan urutan no.1 sebagai negara perokok
di dunia. Munculnya wacana kenaikan harga rokok sendiri berawal dari sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Pusat
Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (PKEKK) Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. penelitian tersebut mengenai perihal pengendalian konsumsi
tembakau. Fakta dilapangan, 30 persen lebih pengguna rokok di Indonesia merupakan
anak-anak berusia di bawah 10 tahun. Hal tersebut dikhawatirkan akan
menimbulkan kerugian berupa menghilangnya bonus demografi di masa mendatang. Hasil
penelitian juga mengatakan bahwa 76 persen respoden akan berhenti merokok jika
harga rokok mencapai 50.000 rupiah/bungkusnya. Maka dari itu, wacana kenaikan
harga rokok muncul guna mengurangi perokok di Indonesia dengan faktor kesehatan
sebagai alasan utama.
Audince Dialog Etnografi |
Penampilan Antrokustik |
Pemerintah
juga mengalami dilema mengenai kebijakan terkait kenaikan harga tembakau tersebut.
Isu rokok dalam hal ini tidak hanya menyangkut penggunanya saja. Tetapi juga
terkait mengenai perihal masalah tenaga kerja, ekspor dan impor, dan lainnya.
Rokok juga merupakan penyumbang terbesar bagi pendapatan negara. Mengingat
bahwa kebijakan kenaikan harga tersebut baru sebatas wacana saja, maka diharapkan
pemerintah dengan dukungan masyarakat dapat menemukan titik tengah dalam
masalah ini. serta dapat membuat kebijakan yang tepat untuk kebaikan semua
pihak. (hld)
Komentar
Posting Komentar