Uniknya Perayaan Hari Raya Galungan di Bali


Mendekati akhir tahun, biasanya kurang lengkap jika tidak melakukan makan besar atau perayaan. Berbagai cara dalam merayakaan siklus pergantian tahun dilakukan, seperti makan dan minum bersama teman dan keluarga, menyalakan kembang api, dan lain-lain. Di Indonesia, ternyata perayaan pergantian tahun sudah ada sejak dulu seperti Festival Tabot yang merayakan tahun baru Hijriyah di Bengkulu, Perayaan Mappanretasi yang merayakan tahun baru Islam di Sulawesi, dan Perayaan Galungan di Bali. Galungan merupakan perayaan hari besar yang dilakukan 210 hari sekali untuk memperingati pergantian tahun berdasarkan kalender Saka Bali. Perayaan ini berbeda dengan perayaan-perayaan tahun baru lain dan dapat dikatakan unik. Lalu, Apa yang membuat Galungan ini berbeda dengan perayaan-perayaan lain?
Galungan merupakan perayaan yang dilakukan setiap 210 hari sekali berdasarkan kalender Saka Bali. Galungan dirayakan sebagai wujud kemenangan Bhatara Indra melawan Mayadenawa yang dilambangkan sebagai kebaikan melawan kejahatan. Berdasarkan mitologinya, Mayadenawa merupakan raksasa sombong dan angkuh yang dibenci oleh suatu masyarakat. Hal tersebut memancing Bhatara Indra untuk melawan dan akhirnya menang.
Di Bali, Perayaan Hari Raya Galungan sangat identik dengan penggunaan penjor. Penjor adalah sebuah bambu panjang yang ujungnya terdapat hiasan yang terbuat dari daun dan kelapa muda dan dibuat melengkung. Penjor tersebut menyimbolkan naga Basukih yang melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran. Pemasangan penjor juga merupakan wujud rasa terima kasih dan bakti mereka terhadap Tuhan. Biasanya, penjor dipasang saat sehari sebelum Hari Raya Galungan. Setelah beberapa minggu tepatnya sehari setelah Kuningan, penjor dicabut dan dibakar, sera abunya disimpan pada kelapa gading muda yang dikasturi. Setelah 35 hari dari Hari Raya Galungan, abu yang disimpan pada kelapa gading muda ditanam dekat rumah atau dihanyutkan ke laut. Penjor biasanya ditancapkan di pinggir jalan besar atau di sebelah pintu  masuk rumah. Selain penggunaan Penjor, pada Hari Raya Galungan banyak wanita yang menggunakan pakaian adat Bali bernuansa putih. Pemakaian pakaian adat tersebut juga sebagai wujud terima kasih dan bakti mereka terhadap Tuhan.
Perayaan yang memperingati siklus tahun ini hanya dapat ditemukan di Bali saja. Pada Hari Raya Galungan, biasanya masyarakat Bali melakukan silaturahmi ke rumah-rumah dan memasang Penjor di depan rumah mereka. Selain pemasangan Penjor, mereka juga memasak nasi kuning sebagai isi sesajen dan memperingati Hari Raya Kuningan yang dekat dengan Hari Raya Galungan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAUNCHING PENGURUS HIMANTARA PERIODE 2019

Ethnography Metods : The Logic of Thingking

PROGRAM KB: EFEKTIFKAH?