Review buku “Perkelahian Pelajar: Potret Siswa SMU di DKI Jakarta”
karya: Hasballah M. Saad

Masa remaja merupakan salah satu masa terindah dalam hidup seseorang. Pada masa ini seseorang akan mengalami perubahan dan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini biasanya dialami ketika seseorang hendak memasuki masa SMA atau putih abu-abu. Seseorang menjadi lebih sensitif karena kondisinya yang labil dan sifat egois yang semakin tinggi. Sikap yang demikian terjadi karena seorang remaja ingin menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya sehingga dirinya bisa eksis di lingkungannya. Untuk menjadikan seseorang menjadi pribadi yang baik untuk masa depannya, maka dibutuhkan beberapa aspek yang mendukungnya. Seperti yang dikatakan oleh bapak Hasballah dalam buku ini, beliau mengemukakan ada tiga unsur yang berhubungan dengan perkembangan remaja dan menjadikan remaja itu bersifat agresif atau tidak, antara lain: orang tua, lingkungan dan konsep diri. Sebuah perilaku yang bersifat agresif manakala perilaku itu memiliki unsur-unsur kesengajaan, memiliki obyek, serta akibat yang tidak menyenangkan bagi pihak lain yang terkena sasaran perilaku agresif tersebut. Perlakuan atau tindakan dapat terjadi secara fisik, langsung, aktif, verbal, tidak langsung dan pasif. Pada kesempatan ini, saya akan membahas tentang hubungan antara orang tua dengan remaja yang mempunyai kecenderungan untuk berperilaku agresif.
Keluarga merupakan unit terkecil suatu organisasi. Sebelum seseorang mengenal dan berkomunikasi dengan dunia luar, dia akan mengenal dan berkomunikasi dengan keluarganya baik itu berupa bahasa lisan maupun bahasa tubuh. Dari sebuah keluarga akan terjadi transfer kebudayaan. Oleh karena itu, komunikasi antara orang tua dan anak harus terjalin dengan baik. Karena kualitas komunikasi ini akan berpengaruh terhadap perilaku individu terutama anak dan remaja. Dalam sebuah keluarga, perasaan terasingkan, terpencil bahkan terabaikan seharusnya tidak ada. Apabila hal tersebut tidak ingin terjadi, maka pihak yang merasa dominan harus dihindari dan ditiadakan. Karena yang harus ada dalam sebuah keluarga adalah kasih sayang, penerimaan, cinta dan kesenangan berbagi rasa dengan orang lain sehingga satu sama lain saling melengkapi. Apabila seseorang gagal menumbuhkan hubungan antarpribadi yang baik termasuk dengan orang tuanya sendiri, maka dia akan mengalami keadaan senang berkhayal, sakit fisik dan mental, agresif dan lari dari kenyataan hidup. Oleh karena itu, keluarga sangat mempengaruhi perkembangan psikologis anak-anaknya.
Kualitas hubungan dengan orang tua mempunyai hubungan negatif dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja. Semakin baik kualitas hubungan dengan orang tua yang ditandai oleh munculnya suasana intim dan keakraban serta mendapatkan peluang bagi anak untuk menjadi semakin mandiri, maka kecil kemungkinan untuk remaja berperilaku agresif. Orang tua akan mengambil tanggung jawab dalam hal menjaga dan meningkatkan kualitas hubungan dengan anak dan remaja dirumah. Namun dalam kehidupan modern yang penuh dengan berbagai kesibukan kerja yang menyerap hampir seluruh waktu, kecuali untuk tidur dan istirahat, rumah hanya berfungsi sebagai tempat singgahan. Oleh karena itu semakin banyak orang tua yang tidak peduli terhadap anak-anaknya. Sehingga anak-anaknya terutama para remaja menganggap dirinya kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan dia bergaul dengan lingkungan disekitarnya tidak peduli lingkungan itu baik ataupun buruk. Hal semacam ini banyak kita temukan di Jakarta terutama pada pelajar SMU. Sehingga tidak jarang apabila kita mendengar bahkan melihat kenakalan remaja dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh pelajar SMU di Jakarta. Salah satu faktor kenakalan remaja ini disebabkan kurangnya perhatian orang tua. Para remaja yang terjerumus pada kenakalan remaja ini disebabkan karena mereka tidak mempunyai tempat untuk bertukar pikiran dan masalah, orang tua saja sudah tidak mengurusi dia apalagi orang lain. Oleh karena itu para remaja mempunyai cara tersendiri untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya terutama dalam hal kebaikan untuk menyongsong masa depan yang cerah. Ada beberapa cara untuk menghindarkan anak-anaknya terutama remaja pada sifat keagresifan, antara lain: Pertama, memberikan perhatian dan melakukan pendekatan pada anak sehingga tidak ada jarak dengan mereka. Sehingga si anak selalu bercerita mengenai apapun yang terjadi pada dirinya. Kedua, perlu adanya program di sekolah yang dapat menjembatani pola hubungan antara orang tua dengan anak, sehingga hubungan tiga jalur antara anak, guru di sekolah dan orang tua dirumah dapat tercipta secara harmonis. Ketiga, perlu diciptakan lingkungan yang kondusif dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga apabila terjadi ketegangan di dalam rumah, maka anak-anak akan mendapatkan nasihat atau ketenangan yang diperoleh dari lingkungan dimana mereka tinggal. Keempat, ada suasana keterbukaan antara seluruh anggota keluarga, sehingga apabila salah satu anggotanya termasuk remaja yang ada dalam keluarga itu dihadapkan pada berbagai masalah, maka semua anggota keluarga dapat merasakannya dan berusaha untuk membantu mendiskusikan pemecahannya. Satu hal terpenting yang harus dilakukan oleh orang tua adalah memikirkan dan mengupayakan pengembangan konsep diri anak yang positif dengan cara memberikan dorongan, penghargaan dan penerimaan terhadap keberadaan anak seperti apa adanya, namun secara tulus perlu diberi umpan balik terhadap berbagai perilaku yang menyimpang melalui diskusi dan pembicaraan yang terbuka.
Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa orang tua memegang peranan terpenting dalam keagresifan seorang remaja. Seorang remaja akan mempunyai peluang yang kecil untuk berperilaku agresif ketika orang tua mampu memberikan perhatian dan contoh yang baik, serta mencukupi kebutuhan lahir dan batin anak-anaknya. Selain itu, menjalin komunikasi dengan orang-orang terdekat dan lingkungan dari anaknya juga penting. Sehingga orang tua bisa memantau bagaimana kehidupan anaknya dan bisa mengontrol anaknya ketika berada dalam lingkungan yang kurang baik.
Sumber : Saad, Hasballah M. 2003. Perkelahian Pelajar: Potret Siswa SMU di DKI Jakarta. Yogyakarta: Galang Press
                                                                            *Shofiyah Mayu Arnofia (125110800111011)
                                                                              Antropologi UB 2012
                                   
                       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAUNCHING PENGURUS HIMANTARA PERIODE 2019

Ethnography Metods : The Logic of Thingking

PROGRAM KB: EFEKTIFKAH?