Senin, 24 november 2014 program studi antropologi mengadakan bedah buku karya Emile Leudshuis dengan judul “Panduan Jelajah Kota-Kota Pusaka di Indonesia” dengan pembicara bapak A. Faidlal Rahman SE.Par.M.Sc (Kaprodi pariwisata vokasi) dan ibu Edlin Dahniar Alfath M.A. Acara bedah buku tersebut dimulai pukul 09:45. Pada awal acara, kursi yang telah disediakan panitia belum terisi penuh. Namun, pertengahan acara semua kursi sudah terisi penuh. Bahkan ada juga yang ikut menyaksikan bedah buku meskipun di luar ruangan. Hal ini menunjukkan antusiasme mahasiswa dalam mengikuti acara tersebut.
Acara bedah buku tersebut diawali dengan pemaparan ibu Edlin tentang buku tersebut dalam konteks sejarah dilanjutkan dengan pemaparan bapak Faidlal yang membahasnya dalam kacamata pariwisata. Jadi buku “Panduan Jelajah Kota-Kota Pusaka di Indonesia” tidak hanya membahas tentang bagaimana menjelajah kota agar tidak tersesat akan tetapi, buku tersebut juga memaparkan tentang sejarah kota pusaka di Indonesia. Karena pada nyata, pembentukan kota yang dapat kita rasakan keindahan saat ini, tidak luput dari campur tangan masyarakat zaman dulu. Bangunan megah yang menjulang tinggi tidak lain hanyalah tampilan baru dengan sedikit perbaikan dari apa yang telah terbangun pada masa dulu.  
Jika dalam benak kita arti pusaka hanya dimaknai dengan benda-benda keramat seperti keris, pedang dan semacamnya, maka dalam buku ini Emile memberikan pandangan baru tentang makna pusaka lebih luas. Tempat-tempat peninggalan masa dulu yang memiliki nilai sejarah adalah aset sejarah paling berharga yang tidak dapat dibeli. Maka dalam buku tersebut Emile mencoba menuntun para wisatawan untuk juga memperhatikan nilai sejarah pada objek wisata yang akan dikunjungi. Emile tidak hanya membawa para wisatawan untuk mencintai pariwisata akan tetapi juga mencintai sejarah.
Pada perkembangannya masyarakat saat ini,  pariwisata selalu dibayangkan dengan tempat yang indah, wahana-wahana permainan seperi Jatim Park, WBL dan semacamnya. Namun jarang sekali para wisatawan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah. Mereka tidak pernah membayangkan bahwa tempat-tempat peninggalan zaman terdahulu juga dapat dijadikan objek wisata. Padahal, dengan mengunjungi tempat bersejarah kita dapat mengetahui peristiwa apa yang terjadi pada masa dulu terkait dengan objek wisata tersebut. Maka, buku “Panduan Jelajah Kota-Kota di Indonesia” ini seakan menjawab kegelisahan para masyarakat bahwa pariwisata tidak selalu merusak aset-aset alam namun justru membangun bangsa untuk lebih mencintai sejarah. Karena bangsa yang maju adalah bangsa yang tidak pernah lupa akan sejarahnya.  
Pada akhir acara, banyak yang mengajukan pertanya kepada bapak Emile. Ada pula yang memberikan kritik serta saran terkait buku yang ditulisnya. Sungguh apresiasi yang luar biasa. Buku yang ditulis oleh bapak Emile seakan membangunkan kita untuk juga ikut berkarya. Sekaligus juga membuat kita merasa malu, ternyata aset-aset sejarah yang ada di Indonesia telah terlebih dahulu didokumentasikan dalam bentuk karya oleh bapak Emile Leudshuis yang bukan warga Indonesia.
Berwisatalah untuk lebih mengetahui dan lebih mengenal setiap pelosok dunia. Dengan berwisata, akan kita temukan pengalaman baru. Namun juga tidak melupakan sejarah terkait dengan objek wisata yang dikunjungi. Karena, bangsa yang maju adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya





Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAUNCHING PENGURUS HIMANTARA PERIODE 2019

Ethnography Metods : The Logic of Thingking

PROGRAM KB: EFEKTIFKAH?