Bedah Buku ''Perbudakan Seksual: Perbandingan antara Masa Fasisme Jepang dan Neofasis Orde Baru'' karya Anna Mariana
Bedah
buku antropologi adalah acara diskusi buku yang dilaksanakan pada 30 maret 2015
yang juga diadakan acara bazar buku dari penerbit Marjin Kiri. Bedah buku
dengan judul Perbudakan Seksual:
Perbandingan antara Masa Fasisme Jepang dan Neofasis Orde Baru dengan Ibu
Edlin Dahniar sebagai pembajas 1, Ibu Grace Leksana sebagai pembahas , dan Ibu
Anna Mariana sebagai pembahas 3 yang juga sekaligus penulis dari buku Perbudakan Seksual: Perbandingan antara Masa
Fasisme Jepang dan Neofasis Orde Baru serta Bapak Manggala Ismanto sebagai
moderator. Bedah buku ini dibuka dengan sedikit ulasan mengenai isi buku yang
dipaparkan oleh penulis buku sendiri, yaitu Ibu Anna Mariana.
Ibu Anna Mariana memaparkan
bagaimana politik seksual pada masa fasisme Jepang memaksa para wanita mau
tidak mau harus menjadi pemuas para tentara Jepang yang lebih dikenal dengan Jugun ianfu. Polemik yang dihadapi para
wanita ketika masa pendudukan Jepang dan terjadi kembali pada masa orde baru
akibat dari peran pemerintah yang secara tidak langsung menjadikan para wanita
sebagai budak seksual dalam politik mereka. Sama halnya denga Ibu Anna, Ibu
Edlin Dahniar juga turut mengupas sisi gelap hingga sisi baik yang dapat kita
pelajari dan bagaimana peran pemerintah serta penegak hukum yang seharusnya
menjadi pelindung masyarakat malah memanfaatkan kuasanya untuk memuaskan hasrat
mereka. Politik seksual yang terjadi semakin menyudutkan kebebasan wanita pada
masa pendudukan Jepang dan orde baru.
Tidak seperti Ibu Anna dan Ibu
Edlin, Ibu Grace Leksana lebih mengupas bagaimana status wanita dan bagaimana
perlakuan wanita pada masa itu. Perebutan hak yang secara tidak langsung telah
diambil dan harga diri yang mungkin sudah tidak merasa dimiliki membuat nilai
wanita menjadi rendah dan tidak berarti. Perlakuan yang tidak pantas membawa
wanita menjadi sebuah barang yang dapat dinikmati tanpa ada penghargaan
sedikitpun.
Diskusi yang berlangsung lebih
membahas bagaimana peran wanita seharusya diperlakukan dan bagaimana pola pikir
masyarakat yang seharusnya lebih berpendidikan dan sosialis dalam memandang
permasalahan perbudakan seksual tersebut. Perbudakan seksual yang terus
berlanjut hingga orde baru bahkan hingga saat ini memang bukanlah sebuah
pengaruh dari sejarah pendudukan Jepang karena seperti pernyataan Ibu Edlin bahwa
kebutuhan seksual merupakan salah satu kebutuhan penting selayaknya makanan
bagi manusia. Sehingga bukan hal yang tabu jika perbudakan seksual akibat
politik seksual memang sering terjadi. Pola pikir masyarakat yang hanya
memandang wanita dari segi tubuh dan tidak berharga karena dianggap lemah
membuat wanita lebih sering untuk menjadi korban dari keegoisan kekuasaan.
kak punya kontaknya mbak Anna Mariana?
BalasHapus