Jam Tangan dengan Budaya yang Mengikat
Pepatah mengatakan  waktu terus berputar dan tidak dapat terulang kembali. dari satu kalimat tersebut ada sebagian manusia memanfaatkan waktunya dengan baik dan sebagian yang lain asik menari-nari dengan waktu.  Jam , jika dikaitkan dengan waktu sangat berkaitan.   Biasanya jam tangan  berfungsi sebagai pengingat waktu ketika ada agenda acara, jam kuliah, rapat organisasi dan lain-lain. Namun, disisi lain ada sebagaian orang menganggap bahkan menerapkan  jam  tangan sebagai aksesoris penambah fashion tangan, mengikuti trend zaman atau yang lain.  Dibalik ramainya mahasiswa di kampus, terdapat berbagai macam anggapan mahasiswa terhadap jam tangan. Namun, secara garis besar terdapat 2 kategori:
1.      Jam sebagai aksesoris
Kategori pertama, merupakan anggapan umum dari mahasiswa. Mulanya, saya bertanya kepada teman sejawat perihal jam tangan.  Dalam  dialok  saya dengan teman sejawat  saya, dia teman sejawat saya berpendapat bahwa jam tangan adalah aksesoris. Alasannya, karena jam merupakan tambahan fashion dari apa yang kita pakai. Contoh sederhana teman sejawat saya dalam satu tubuh laki-laki. Disana terdapat baju, celana, jam tangan, gelang, sepatu, topi dan tas. Dari sekian fashion yang di pakai, terdapat dua kategori yaitu, kebutuhan dan tambahan  aksesoris.  Kategori pertama (kebutuhan) adalah baju, celana, sepatu dan tas sedangkan sisanya masuk dalam kategori tambahan (aksesoris).
Alasannya:
a.       Baju, celana, sepatu dan tas merupakan komponen pokok dalam kehidupan kampus. Baju dan celana sudah pasti komponen pokok dalam kehidupan kampus. Karena, tanpa baju dan celana seorang individu manusia akan dianggap aneh dan asing dalam hidup bersosial. Sedangkan sepatu merupakan kebutuhan kedua setelah baju dan celana. Pasalnya, dalam peraturan tata tertib kampus terdapat poin harus menggunakan sepatu. Selanjutnya tas, merupakan komponen penting Karena dalam kehidupan kampus (ketika membwa buku, laptop dan sejenisnya) seorang mahasiswa membutuhkan sebuah tas untuk kantung.
b.      Jam, gelang dan topi merupakan komponen tambahan (aksesoris). Mengapa? Karena tidak semua mahasiswa memakai. Selanjutnya, tidak semua mahasiswa (pula) memakai jam, gelang dan topi dengan alasan sangat penting. Contoh sederhana (teman sejawat saya), ia memakai jam tangan mati karena hanya ingin menambah penampilan di bagian tangan.
2.      Jam sebagai kebutuhan
SKS kuliah padat, ditambah aktifitas organisasi dan lain sebagainya. dari banyaknya aktifitas tersebut, jam (tangan) merupakan sahabat terbaik dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa demikian? Karena ketika seorang mahasiswa ingin melakukan aktifitas, ia akan melihat jam terlebih dahulu baik menghitung berapa lama aktifitas yang akan dilakukan hingga berapa lama ia akan jarak aktifitas satu dengan aktifitas lain. Berdasarkan informasi lain, disini terdapat kategori bahwa jam (tangan) tidak berfungsi sebagai aksesoris melainkan sebagai kebutuhan. Analogi sederhana seperti paragraph sebelumnya.  Selain itu, terdapat dua macam fariasi (garis besar) dari dua kategori diatas untuk mendapatkan jam tangan layak pakai.
a.       Mengikuti Trend
Mengikuti trend merupakan cara dari sebagian mahasiswa ketika mendapatkan jam. berbagai factor yang mendorongan. Namun, apaapun factor untuk mendorong seorang individu agar mengikuti trend jam (tangan), semua tidak lepas dari budaya yang mengikatnya. Contoh sederhana (dari teman sejawat), ada seorang mahasiswi dengan keluarga serba mewah. Mahasiswi tersebut dari kecil sudah terbiasa memakai (dimulai) pakaian (hingga) kendaraan dengan standart mewah serta mengikuti trend yang ada. Kebiasaan kecil mahasiswi tersebut akan ia bawa hingga dewasa, sehingga ketika ia (mahasiswi) ingin membeli apapun, ia (mahasiswi) akan memilih dengan 2 kriteria yaitu, mengikuti trend dan mewah.
b.      Mengikuti Kehendak
Lain judul lain cerita. Disisi lain terdapat mahasiswa/I ketika ingin mendapatkan jam (tangan) tidak harus mengikuti trend. Dalam kategori ini terdapat berbagai macam kategori (pula) yang harus dibahas. Ada mahasiswa yang hanya mendapatkan jam (tangan) dengan pilihan (standart) jam kuno, ada pula dengan pilihan (standart) asal bisa di pakai dan lain sebagainya. namun, kembali kepada pernyataan dalam kategori ‘a’, apapun factor pendorong seorang individu untuk (dimulai mendapatkan/beli) memakai jam (tangan), semua tidak akan terlepas dari budaya yang mengikatnya.
Apapun alasan seorang individu memakai jam, semua tidak terlepas dari budaya yang mengikatnya. Baik sebagai aksesoris, kebutuhan bahkan sebagai keduanya (aksesoris dan kebutuhan). Baik dengn mengikuti trend, mengikuti kehendak bahkan keduanya (mengikuti trend dan kehendak) semuanya tidak luput dari budaya yang mengikat individu (pemakai jam) tersebut.(Adid)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAUNCHING PENGURUS HIMANTARA PERIODE 2019

Ethnography Metods : The Logic of Thingking

PROGRAM KB: EFEKTIFKAH?