Kebakaran Hutan dan Lahan

September ini Indonesia seperti dirundung permasalahan. Kebakaran hutan hingga rancangan revisi beberapa undang-undang seperti minta diprioritaskan. Tidak bisa ditampik bahwa masalah-masalah ini tidak ada yang bisa disepelekan. Kebakaran hutan yang terjadi di pulau Kalimantan dan Sumatera menyebabkan beberapa kota tetangga bahkan hingga negara Singapura dan Malaysia terkena asapnya. Sejak akhir Mei hingga September ini lokasi kebakaran hutan meluas hingga pemukiman warga. Dilansir dari laman Tirto.id, data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan terjadi di 6 provinsi di Kalimantan dan Sumatera. Pada Januari hingga Agustus 2019 luas area karhutla mencapai 328.724 hektare dan kemungkinan akan bertambah. Data rilisan 20 September menunjukkan bahwa di Kalimantan Tengah masih ada 1.443 titik api, Kalimantan Barat 1.384 titik api, Jambi 695 titik api, Sumatera Selatan 532 titik api, Riau 187 titik api, dan Kalimantan Selatan 169 titik api. Sebanyak lebih dari 149 ribu jiwa di 7 provinsi area kebakaran hutan dan lahan menderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
Hingga saat ini polri menetapkan 249 individu dan 6 perusahaan sebagai tersangka pembakaran hutan dan lahan. Sementara Wahana Lingkungan Hidup Indonesia mengatakan bahwa mereka mengidentifikasi 288 perusahaan sawit, akasia, dan ekualiptus yang telah merusak 4,5 juta hektare ekosistem gambut di Indonesia di enam provinsi. Dalam menangani masalah ini pada 16 September lalu telah diadakan rapat terbatas yang dipimpin langsung oleh presiden Joko Widodo. Dalam rapat tersebut Jokowi meminta BNPB untuk memperluas cakupan hujan buatan serta menambah pasukan dan petugas pemadaman. Selain itu dia juga meminta aparat kepolisian menindak tegas para pelaku pembakaran hutan, serta meminta dilakukan pencegahan agar titik api yang sudah diketahui tidak menyebar dan meluas.

Masyarakat Indonesia tidak kemudian acuh dan menyerahkan semua tanggungjawab kepada pemerintah. Ada yang melakukan aksi untuk mendesak pemerintah agar bergerak cepat menangani masalah ini adapula yang langsung turun tangan membantu korban. Seperti yang dilakukan oleh puluhan jurnalis yang tergabung dalam Mata Rantai Jurnalis di Bundaran HI 22 September ini. Mereka melakukan aksi ngamen dengan tujuan mengumpulkan ratusan masker yang kemudian akan didistribusikan di daerah-daerah terdampak asap kebarakan hutan dan lahan. Sebelum aksi ini, portal bantuan masker untuk korban juga telah dilakukan di KitaBisa.com. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAUNCHING PENGURUS HIMANTARA PERIODE 2019

Ethnography Metods : The Logic of Thingking

PROGRAM KB: EFEKTIFKAH?